Minggu, 19 Desember 2021

MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

Pengertian Masyarakat

    Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang bersatu dan hidup bersama-sama di dalam suatu wilayah karena hasrat kemasyarakatan yang sama. Secara etimologis kata dari “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu “musyarak” yang memiliki arti hubungan atau interaksi. Sedangkan hidup bermasyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan tinggal di daerah atau tempat tertentu serta terjalin erat dengan hukum dan sistem pemerintahan yang sama.

    Masyarakat pada hakikatnya sebuah sistem yang terbentuk atas hubungan antar manusia sehingga menjadi kesatuan. Masyarakat pun memiliki kriteria yang dimiliki oleh individunya yaitu, terdapat lebih dari satu individu dalam masyarakat; terjadi interaksi antar individu; memiliki dimensi waktu yang menjadi penentu tindakan yang akan dilakukan; serta memiliki sistem masyarakat mempunyai tujuan yang sama. Kehidupan bermasyarakat secara umum berbeda-beda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, perbedaan itu dapat disebabkan karena struktur masyarakat tersebut dan juga faktor tempat atau daerah yang memiliki peranan penting.


A. Masyarakat Pedesaan

    Menurut seorang ahli yang bernama Bintaro menjelaskan bahwa, “desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi , sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.” Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang bersatu dan hidup bersama-sama di dalam suatu wilayah karena hasrat kemasyarakatan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat pedesaan adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu yang disatukan oleh kondisi geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang ada di daerah tersebut. 

Sedangkan menurut Paul H. Landis, desa adalah suatu tempat yang pendudukya kurang dari 2.500 ribu jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut: 

  1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa. 
  2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan. 
  3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam.

I. Proses Terbentuknya Masyarakat Pedesaan

    Masyarakat desa merupakan bentuk persekutuan abadi antara manusia dan institusinya dalam wilayah setempat, yaitu tempat tinggal mereka di rumah-rumah pertanian yang tersebar dan dikampung yang biasanya menjadi pusat kegiatan bersama, dan sering disebut masyarakat pertanian. Masyarakat tersebut mendiami wilayah tertentu yang ukurannya lebih kecil dan terletak di luar kota. Desa terlepas dari istilah lokal dan regionalnya, merupakan suatu fenomena universal. Keberadaannya tidak terlepas dari penemuan bercocok tanam dalam kehidupan manusia. Desa dalam pengertian awalnya merupakan tempat tinggal dari orang-orang yang hidup dari bercocok tanam tersebut. 
    
        Kehidupan masyarakat pedesaan dicirikan oleh kagiatan yang pada umumnya bercorak agraris. Aktivitas kesehariannya masih didominasi oleh pengaruh lingkungan alam. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan atau kondisi alam setempat masih sangat kuat mewarnai tatanan dan pola hidup penduduk desa. Hubungan antar warga masyarakat desa sangat erat, saling mengenal dan gotong royong. Penderitaan seseorang di perdesaan pada umumnya menjadi derita semua pihak.


II. Ciri - Ciri Masyarakat Pedesaan


    Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut : 
  • Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
  • Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
  • Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.
  • Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.
  • Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat pedesaan yaitu : 
  1. Kehidupan didesa masyarakatnya masih memegang teguh keagamaan atau adat dari leluhur mereka. 
  2. Warga pedesaan lebih condong saling tolong-menolong tidak hidup individualisme. 
  3. Warga pedesaan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani. 
  4. Fasilitas-fasilitas masih sulit ditemukan dipedesaan. 
  5. Warganya masih sulit untuk menerima hal baru atau mereka tertutup dengan hal-hal yang baru.

III. Tipe Masyarakat Desa

Gemeinscaft

        Gemeinschaft adalah ciri kelompok sosial yang anggotanya memiliki ikatan yang erat, murni, kuat, alami. Biasanya dasar hubungan yang dimiliki kelompok ini adalah rasa persatuan, rasa cinta, rasa solidaritas yang diperkuat dengan hubungan emosional dan interaksi antar anggotanya. 

Kelompok Gemeinschaft bisa disebut juga dengan paguyuban dan dapat dibedakan menjadi 3 kategori yakni ; 

    a. Ikatan darah (Gemeinschaft of blood).
    b. Kedekatan tempat (Gemeinschaft by place).
    c. Kesamaan keahlian, cara berpikir, dan sejenisnya (Gemeinschaft of mind).


IV. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan

        Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekusutan pikir. Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem. Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.


V. Interaksi Sosial Masyarakat Pedesaan


       Interaksi sosial di daerah pedesaan masih jauh lebih baik dari pada yang tinggal di kota, hal ini disebabkan oleh perbedaan gaya hidup. Interaksi sosial yang baik ini membuat masyaraat pedesaan memiliki kultur budaya kehidupan yang lebih rukun dan ramah. 

        Umumnya masyarakat pedesaan masih kuat dalam memegang kebudayaan dan adat kebiasaan mereka. Mereka lebih preventif terhadap kebudayaan asing yang masuk. Hal ini membuat kultur adat kebiasaan mereka sangat kental dalam berinteraksi, mungkin hal ini pula yang dulunya membuat bangsa Indonesia menjadi salah satu negara yang paling ramah tamah di dunia. Pola interaksi terjalin sangat kuat dalam hubungan kekeluargaannya. Contohnya apabila ada yang terkena musibah pada suatu individu pada pedesaan, tetangga umumnya akan datang dan menanyakan apa yang sedang terjadi dan ikut membantu. Masyarakan pedesaan memiliki tingkat interaksi sosial yang cenderung sosialis. Mereka memiliki kultur, kekeluargaan yang erat, dan tidak mudah menerima kebudayaan yang baru.


VI. Gejala yang Terjadi Pada Masyarakat Pedesaan

a. Konflik ( Pertengkaran)

       Setiap hari anggota masyarakat desa selalu berdekatan dengan orang-orang atau tetangganya secara terus-menerus, dan hal ini dapat menyebabkan kesempatan untuk bertengkar sehingga kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat banyak dan sering terjadi.
               
         Pertengkaran-pertengkaran yang biasa terjadi berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya. 

b. Kontraversi (pertentangan) 

         Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.

c. Kompetisi (Persiapan)

         Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.


B. Masyarakat Perkotaan


       Pengertian kota menurut seorang ahli yang bernama Northam yaitu, “kota adalah lokasi yang kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan populasi (kepadatan umum). Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut Sebagian besar tidak bergantung pada sector pertanian dan tidak juga pada aktifitas ekonomi primer. Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi, dan ekonomi bagi wilayah sekitar.” 

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 2 Tahun 1987 Pasal 1 : 

Kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur di dalam perundang-undangan, serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. 

        Jadi dapat disimpulkan bahwa, masyarakat perkotaan adalah sekelompok manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dengan tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dari populasi (kepadatan umum) serta kehidupannya tidak bergantung pada sektor pertanian.


I. Klasifikasi Penduduk Kota

          Klasifikasi kota dapat dilihat dari jumlah penududuknya yaitu, kota memiliki lima klasifikasi yang terbagi dalam: 

    a. Kota kecil, memiliki jumlah penduduk 20.000 hingga 50.000 jiwa. 
    b. Kota sedang, memiliki jumlah penduduk 50.000 sampai 100.000 jiwa. 
    c. Kota besar, memiliki jumlah penduduk 100.000 sampai 1 juta jiwa. 
    d. Kota metropolitan, memiliki jumlah penduduk 1-5 juta jiwa. 
    e. Kota megapolitan, memiliki jumlah penduduk lebih dari 5 juta jiwa.


II. Ciri-Ciri Kota


Secara umum ciri fisik kota antara lain sebagai berikut: 
  • Tersedianya gedung-gedung pemerintahan dan perkantoran.  
  • Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan.  
  • Tersedianya tempat-tempat untuk parkir. 
  • Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga. 
  • Terdapatnya kompleks pemukiman masyarakat yang terbagi berdasarkan tingkatan perekonomian masyarakat. 
  • Terdapatnya tempat khusus sebagai daerah terbuka untuk paru-paru kota.

III. Ciri-Ciri dan Tipe Kehidupan Masyarakat Perkotaan

Secara umum ciri-ciri kehidupan masyarakat kota antara lain sebagai berikut: 
  1. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial, karena adanya keterbukaan terhadap pengaruh dari luar. 
  2. Masyarakat kota bersifat gesellschaft (patembayan), di mana kepentingan individu lebih menonjol, sedangkan solidaritas dan kegotongroyongan semakin lemah. 
  3. Adanya pelapisan sosial ekonomi, seperti perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
  4. Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial antarwarganya.
  5. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi, dan kondisi kehidupan. Sistem pembagian kerja di kota sangat jelas menurut keterampilan dan keahlian masing-masing. 
  6. Warga kota umumnya sangat menghargai waktu. 
  7. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomis. 
  8. Terdapat keteraturan kehidupan sosial sebagai pendukung kehidupan hukum. 
  9. Masyarakat kota lebih mengenal hukum negara dibanding hukum adat.
Untuk memahami secara rinci mengenai kehidupan masyarakat"perkotaan" adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam

    Bagi masyarakat "kota" cenderung mengabaikan kepercayaan yangberkaitan dengan kekuatan alam serta pola hidupnya lebih mendasarkan pada rasionalnya. Dan bila dilihat dari mata pencahariannya masyarakat "kota" tidak bergantung pada kekuatan alam, melainkan bergantung pada tingkat kemampuannya (capablelitas) untuk bersaing dalam dunia usaha. Gejala alam itu bisa dipahami secara ilmiah dan secara rasional dapat dikendalikan. 

b. Pekerjaan atau mata pencaharian

      Kebanyakan masyarakat "perkotaan" bergantung pada pola industry (kapitalis). Bentuk mata pencaharian yang primer seperti sebagai pengusaha, pedagang, dan buruh industri. Namun ada sekelompok masyarakat yang bekerja pada sektor informal misalnya pemulung, pengemis dan pengamen. Selain yang disebutkan di atas termasuk bentuk mata pencaharian sekunder. 

c. Ukuran komunitas

    Umumnya masyarakat "perkotaan" lebih heterogen dibandingkan masyarakat pedesaan. Karena mayoritas masyarakatnya berasal dari sosiokultural yang berbeda-beda, dan masing-masing dari mereka mempunyai tujuan yang bermacam-macam pula. Diantaranya ada yang mencari pekerjaan atau ada yang menempuh pendidikan. Jumlah penduduknya pun masih relatif besar. 

d. Kepadatan penduduk

    Tingkat kepadatan di "kota" lebih tinggi bila dibandingkan di desa, hal ini disebabkan oleh kebanyakan penduduk di daerah "perkotaan" awalnya dari berbagai daerah.

e. Homogenitas dan heterogenitas

    Dalam struktur masyarakat "perkotaan" yang sering sekali Nampak adalah heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, psikologis, agama, dan kepercayaan, adat istiadat dan perilakunya. Dengan demikian struktur masyarakat "perkotaan"sering mengalami interseksi sosial, mobilitas sosial, dan dinamika sosial. 

f. Diferensiasi sosial Di daerah "perkotaan" 

        Diferensiasi sosial relatif tinggi, sebab tingkat perbedaan agama, adat istiadat, bahasa, dan sosiokultural yang dibawa oleh para pendatang dari berbagai daerah, cukup tinggi. 

g. Pelapisan sosial

      Lapisan sosialnya lebih didominasi oleh perbedaan status dan peranan di dalam struktur masyarakatnya. Di dalam struktur masyarakat modern lebih menghargai prestasi daripada keturunan. 

h. Mobilitas sosial 

    Mobilitas pada masyarakat "perkotaan" lebih dinamis daripada masyarakat pedesaan. Kenyataan itu adalah sebuah kewajaran sebab perputaran uang lebih banyak terjadi di daerah "perkotaan" daripada di pedesaan. 

i. Interaksi sosial 

    Dalam interaksi pada masyarakat "perkotaan" lebih kita kenal dengan yang namanya gesseslchaft yaitu kelompok patembayan. Yang mana ada hubungan timbal balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian tertentu yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Sehingga hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja. 

j. Pengawasan sosial 

     Dikarenakan masyarakatnya yang kurang saling mengenal satu sama lain dan juga luasnya wilayah kultural "perkotaan" ditambah lagi keheterogenitasan masyarakatnya yang membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar anggota masyarakatnya makin sulit terkontrol. 

k. Pola kepemimpinan

    Kepemimpinanya didasarkan pada pertanggung jawaban secara rasional atas dasar moral dan hukum. Dengan demikian hubungan antar pemimpin dan warga masyarakatnya berorientasi pada hubungan formalitas. 

l. Standar kehidupan 

        Standar kehidupannya di ukur dari barang-barang yang dianggap punya nilai (harta benda). Mereka lebih mengenal deposito atau tabungan. Karena menurut mereka menyimpan uang dalam bentuk deposito dianggap lebih praktis dan mudah. Ditambah lagi kepemilikan barang-barang mewah lainnya. 

m. Kesetiakawanan sosial 

    Ikatan solidaritas sosial dan kesetiakawanan lebih renggang. Artinya, pola hubungan untung rugi lebih dominan daripada kepentingan solidaritas dan kesetiakawanan. 

n. Nilai dan sistem nilai 

        Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat "perkotaan" lebih bersifat formal, didasarkan pada aturan-aturan yang resmi seperti hukum dan perundang-undangan. 

Sedangkan tipe masyarakat perkotaan yaitu Gesellschaft. 

Gesellschaft 

     Gesellschaft bisa dikatakan lawan dari Gemeinschaft, dimana anggotanya memiliki ikatan yang didasarkan atas adanya kerjasama dalam hal tertentu. Kerja sama tersebut biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu. 

        Ikatan yang tergolong sebagai miliki gesellschaft cenderung bersifat lemah, tidak berlangsung lama, terdapat pembagian kerja, dan memiliki solidaritas yang rendah. 


IV. Fungsi Kota

Sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, kota memiliki tiga fungsi, yaitu: 

a. Kota sebagai pusat pemerintahan 

      Perkembangan kota membutuhkan aparat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut baik bersifat pemenuhan kebutuhan hidup, administratif, maupun kebutuhan sosial budaya. Hal ini berarti kota memiliki berbagai peraturan dan pengendalian pemerintahan di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten dan kota. Kota digunakan sebagai pusat pemerintahan dikenal sebagai ibu kota neara, ibu kota provinsi dan kabupaten atau kota. 

b. Kota sebagai pusat pendidikan Melihat dari sejarah

        Perkembangan sekolah-sekolah justru berada di wilayah perkotaan, terutama kota-kota besar. Perkembangan sekolah di kota besar ini karena terbatasnya kalangan yang bisa mengenyam pendidikan. Pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang hanya keturunan bangsawan yang bisa sekolah. Namun, sekarang pendidikan sudah berkembang hingga ke pelosok negeri. Semua kalangan bisa belajar dan menempuh pendidikan. Ini yang membuat pendidikan terus brkembang dan menyebar di berbagai wilayah Indonesia dan beragam jenjang. 

c. Kota sebagai pusat informasi

       Untuk bisa mwujudkan pembangunan baik di kota maupun daerah, dibutuhkan informasi yang cepat dan akurat. Keberadaan masyarakat yang kebanyakan tinggal di pedesaan mengharuskan pemerintah untuk membangun pedesaan. Dengan infomasi yang cepat dan akurat maka pembangunan pedesaan bisa terlaksana. Informasi yang masuk ke wilayah pedesaan beragam dan kebanyakan berasal dari kota. Sehingga masyarakat desa bisa mendapatkan pengaruh dari kemajuan yang sudah berkembang di kota. Berbagai informasi yang berasal dari kota ke desa bisa dilakukan dengan berbagai media, di antaranya majalah, koran, radio, televisi, dan internet. 

V. Masalah yang Timbul Dalam Masyarakat Perkotaan


     Permasalahan yang timbul diperkotaan umumnya berakar pada ketidakmampuan masyarakat untuk mengimbangi kemajuan perkembangan zaman. Ketidakmampuan ini mengakibatkan kurangnya daya saing masyarakat sehingga pendapatan masyarakat menjadi rendah. Kemiskinan masyarakat di perkotaan merupakan realitas sosial yang tidak bias dipandang remeh. Hal ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Akar permasalahan di perkotaan adalah kemiskinan. Kemiskinan akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang lambat laun seperti jaring laba-laba yang sulit diputuskan. Namun bukan berarti tidak ada jalan untuk meretas jalan ke arah kehidupan yang lebih baik. Peningkatan faktor-faktor non ekonomi, seperti kesehatan dan sanitasi, pendidikan dasar dan ketrampilan dasar untuk dapat survive serta kebutuhan fisik minimum sangat perlu untuk diperhatikan



C. Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan

I. Hubungan Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan


        Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia, sebaliknya kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan alat transportasi.

        Oleh karena itu, baik keduanya tidak dapat dipisahkan, masyarakat perkotaan membutuhkan masyarakat pedesaaan, begitupun sebaliknya keduanya mempunyai keterkaiatan yang erat dalam membangun kelangsungan hidup bersama untuk menciptakan keselarasan yang seimbang. Adapun aspek-aspek interaksi yang menunjukan hubungan antara pedesaan dengan perkotaan, selain aspek positif, aspek negatif juga mempengaruhi hubungan tersebut.

Aspek Positif Interaksi desa-kota
  1. Pengetahuan Penduduk desa meningkat.
  2. Pengetahuan penduduk desa tentang pertanian meningkat, karena adanya sistem teknologi.
  3. Meningkatkan hubungan sosial ekonomi desa dan kota karena kemudahan sarana transportasi.
  4.  Adanya guru dari kota yang menjadi pengerak pembangunan desa. 
Aspek Negatif Interaksi desa-kota
  1. Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang kurang sesuai dengan tradisi budaya desa.
  2. Perluasan kota dan masuknya orang berharta ke desa sehingga mengubah tata guna lahan desa. 
  3. Daya tarik kota dalam berbagai bidang menyebabkan tenaga potensial di desa kurang. 
  4. Munculnya masalah baru (pengangguran, tuna wisma, kejahatan, masalah pangan maupun lingkungan).


II. Perbedaan antara Masyarakat Perkotaan dengan Masyarakat Pedesaan

        Masyarakat Perkotaan dan pedesaan dapat dibedakan dalam beberapa aspek yang dikelompokkan dalam masing-masing ruang, secara singkat perbedaan dapat diklasifikasikan kedalam beberapa segi, Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Ciri-ciri tersebut antara lain:
  1. Jumlah dan kepadatan penduduk 
  2. Lingkungan hidup 
  3. Mata pencaharian 
  4. Corak kehidupan sosial 
  5. Statifikasi sosial 
  6. Mobilitas sosial 
  7. Pola interaksi sosial 
  8. Solidaritas sosial 
  9. Dan kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional
        Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. 

Selain itu tipe dari karakter masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan juga dapat terlihat jelas, dengan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 

Perbedaan Gemeinschaft dan Gesellschaft


       Pada umumnya masyarakat pedesaan memiliki tipe sosial gemeinschaft sedangkan masyarakat perkotaan memiliki tipe sosial gesellschaft.


III. Bentuk Hubungan Desa dan Kota

Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti:
  1. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
  2. Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
  3. Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
  4. Ko-operasi antar kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah : 

Urbanisasi dan Urbanisme 

    Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni, Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ). 

Sebab-sebab Urbanisasi 
  1. Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push factors).
  2. Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors).
Hal – hal yang termasuk Push factors antara lain : 
  1. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian. 
  2. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern. 
  3. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton. 
  4. Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan. 
  5. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota. 
Hal – hal yang termasuk pull factors antara lain : 
  1. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan 
  2. Di kota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan. 
  3. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat. 
  4. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.  
  5. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124- 125 ).
Kesimpulan

        Masyarakat desa merupakan bentuk persekutuan abadi antara manusia dan institusinya dalam wilayah setempat, yaitu tempat tinggal mereka di rumah-rumah pertanian yang tersebar dan dikampung yang biasanya menjadi pusat kegiatan bersama, dan sering disebut masyarakat pertanian. Sedangkan masyarakat perkotaan adalah sekelompok manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dengan tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dari populasi (kepadatan umum) serta kehidupannya tidak bergantung pada sektor pertanian. Namun, hubungan keduanya sangat erat dan tidak dapat dipisahkan karena saling bergantung satu sama lain


Daftar Pustaka

Agustina Tri Wijayanti, S. (2015). BUKU AJAR MASYARAKAT DESA DAN KOTA (TINJAUAN GEOGRAFIS, SOSIOLOGIS DAN HISTORIS). YOGYAKARTA: UNY. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGUJIAN TITIK LELEH DAN LEMBEK ASPAL DAN TER

 I. TUJUAN           Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal dan ter mulai lembek dengan menggunak...